2013 in review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2013 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

A San Francisco cable car holds 60 people. This blog was viewed about 2,400 times in 2013. If it were a cable car, it would take about 40 trips to carry that many people.

Click here to see the complete report.

Perempuan: Sukses, Cantik, Single?

Business-women-one-jump1

Saya pikir, setiap perempuan semestinya tahu apa yang ia inginkan dalam hidup. Sebagai perempuan, tentu saya (mungkin juga kamu) punya passion dalam hidup: sukses dan cantik, misalnya. Apa ukuran suksesmu? Bagi saya, sukses seorang perempuan adalah memiliki karakteristik seorang perempuan yang sesungguhnya, pintar dalam lingkup pekerjaan dan rumah tangga, independen dalam hal tertentu, memiliki karier yang baik agar kamu bisa settle down untuk hidupmu sendiri setidaknya, serta memberikan pengaruh dan banyak manfaat untuk sekitarmu, serta hal-hal lainnya yang belum bisa saya rinci satu persatu. Lalu, apa ukuran cantikmu? Bagi saya, kecantikan perempuan bukan sekedar apa yang bisa kamu lihat sebagai seorang biasa. Kecantikan perempuan semestinya dapat kamu lihat dengan kacamata seorang observer. Kamu dapat melihat apa yang tampak dan tidak tampak. Sesuatu yang tampak secara fisik, seperti bagaimana penampilannya, bagaimana perempuan berpakaian, bagaimana ia berperilaku, dan lain sebagainya. Pula sesuatu yang tidak tampak, seperti personality, cara berpikirnya, dan lain sebagainya.

Tentu untuk mencapai passion tersebut, kita harus mengusahakannya dengan sungguh, butuh dukungan dari significant others. Namun, tak sedikit dari kita—perempuan—yang tak mendapat dukungan dari significant others sehingga kita kadang tak dapat mengusahakan apa-apa untuk mencapai passion kita. Tak sedikit pula dari kita—perempuan—yang terkadang masih memelihara keraguan dan memilih untuk setuju dengan dogma bahwa perempuan, bagaimanapun ia sukses dan cantik, nantinya ia juga akan berkeluarga, melayani suami, mendidik anak-anak di rumah, memasak di dapur, dan lain sebagainya. Tak sedikit dari teman-teman perempuan saya yang menyetujuinya. Saya pun setuju dengan hal tersebut. Perempuan tentu harus melayani suami, mendidik anak-anak, dan memasak di dapur, serta mengurusi urusan rumah tangga lainnya. Hal tersebut menurut saya adalah naluri perempuan karena perempuan, bagaimana pun, akan mengurusi ‘dapur’. Namun, menurut saya, perempuan adalah makhluk yang multitasking. Ia punya area sendiri yang mampu ia kerjakan sekaligus. Saya mengamati bahwa banyak perempuan yang meninabobokkan anaknya sementara ia memasak di dapur dan kedua pekerjaannya selesai sempurna. Tidak sedikit perempuan yang menjadi leader di pekerjaannya yang juga mampu mengurusi rumah tangganya. Sebut saja, Margareth Thatcher, Perdana Menteri Britania Raya (1979-1990). Sementara ia mengurusi negara ia juga mengurusi urusan rumah tangganya, seperti menyiapkan pakaian suaminya, membersihkan rumah, dan lain sebagainya.

Menurut saya, PR perempuan adalah mampu menyeimbangkan kepentingan keluarga dan kepentingan pribadinya (seperti karier dan hal-hal lain yang ia inginkan untuk hidupnya). Namun, banyak teman-teman perempuan yang mengkhawatirkan sedikit peluang laki-laki yang mau menjadi pasangan kita jika kita memiliki sudut pandang seperti di atas. Ada pemikiran tentang perempuan akan menjadi ‘hopeless romantic’ dan masih single di usia yang tak lagi muda meskipun sudah sukses dan cantik. Bagi saya, single dan usia bukan sesuatu yang perlu digalaukan. Memutuskan untuk berkeluarga di usia berapa dan dalam kondisi seperti apa merupakan suatu keputusan yang diambil karena keinginan, bukan karena sebuah keharusan, dan tentunya segalanya kuasa Tuhan, meskipun kita sudah merencanakannya dengan sempurna. Menikah dan berkeluarga buat saya memang menjadi prioritas bagi seorang perempuan, namun tentu bukan karena paksaan atau memaksakan diri. Menemukan partner hidup yang cocok tentu penting karena ia akan menjadi menemani kita sepanjang usia kita. Saya menganalogikan partner hidup ini seperti recruitment karyawan. Perusahaan belum tentu akan memilih mereka yang terbaik, tetapi perusahaan memilih yang cocok dengan nilai perusahaan, kompetensi dan posisi yang dibutuhkan saat itu. Hal tersebut dilakukan karena perusahaan ingin karyawan tersebut dapat bekerja dalam jangka waktu lama untuk meminimalisir turn-over. Begitu pula dengan partner hidup yang kita inginkan untuk menemani kita dalam jangka waktu lama, lama sekali. Menikah seperti merger, bukan akuisisi. Kita adalah teamwork dengan memahami jelas posisi dan kapasitas masing-masing.

Ada pemikiran pula bahwa laki-laki akan merasa tidak percaya diri dan memilih untuk tidak mendekati perempuan yang memiliki karier mapan dan financially independent. Mau tahu apa komentar laki-laki tentang hal ini?

#1—“Pada dasarnya, laki-laki beranggapan bahwa perempuan akan berujung di dapur dan laki-laki sebagai imamnya. Saya sah-sah aja sih kalau menikah dengan perempuan mapan dan karir melejit. Cuma ada batasnya. Setinggi apapun pendidikannya, kemapanannya, kalau waktunya untuk keluarga nggak kurang, ya why not? Banyak contoh kok wanita mapan jika menemukan laki-laki yang mengerti pasti nggak akan ada masalah.”

#2—“Nggak ada masalah kok untuk mendekati perempuan yang udah mapan. Toh kita sebagai laki-laki mempunyai kewajiban juga untuk menafkahi keluarga (istri dan anak). Kalau untuk masalah mapan itu rezeki masing-masing. So, kalau perempuan kita udah mapan ya alhamdulillah. Kalau masalah cinta dan perasaan nggak akan ada yang memisahkan”.

#3—“Perempuan dengan karier bagus biasanya punya independensi yang tinggi, tapi pada akhirnya mereka juga butuh seseorang, butuh kasih sayang, dan perhatian. Kadang ini nggak terlihat ketika mereka dalam lingkungan pekerjaan”.

#4—“Yang terpenting dia bisa menempatkan dirinya terpisah di hubungan dan di pekerjaan. Laki-laki harus diberi kesempatan untuk menyediakan, mengatur, dan tetap menjadi kepala di hubungannya juga dalam keluarga. Bagaimana pun, laki-laki harus tetap merasa dibutuhkan.”

#5—“Tidak semua hal mengenai pasangan diukur dari penghasilan dan karier. Lebih ke kompabilitas dan teamwork. Pasangan adalah sumber mencari dan berbagi pengetahuan nomor satu. Kenapa takut memiliki pasangan lebih pintar, kalau itu pada akhirnya bisa membuat kita lebih pintar juga. Yang penting, laki-laki harus percaya diri.”

See? Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu untuk menyeimbangkan segala sesuatunya dan memahami posisi kita sebagai perempuan. Aku memelihara cita-cita untuk hidupku sebagai perempuan dan belajar mengusahakannya dengan sungguh. Semoga begitu pula kamu.(*)

tak ada yang lebih menenangkan selain mengobrol dengan orangtua

Tak ada yang lebih menenangkan bagiku selain mengobrol dengan orangtua (juga Tuhan). Beliau selalu punya cara untuk mengubah arahmu; dari negatif menjadi positif. Mengobrol dengannya menjadikan semuanya terasa lebih ringan, lebih santai, lebih mudah, dan tentunya lebih membuat rindu semakin menggunung.

Sementara saya berhadap-hadapan dengan tugas dan laptop setiap hari, orangtua saya menanyai jadwal dan rencana libur saya. Seketika saya bingung karena tak merencanakan apa-apa ketika libur–bahkan libur akhir pekan, kecuali tidur agak lama. Mengobrol dengan orangtua malam ini membuat saya menyadari bahwa saya kadang lupa bahwa hidup semestinya seimbang. Sepertinya saya harus merencanakan untuk menonton film di bioskop, karaoke dengan teman-teman, jalan-jalan ke pantai, nongkrong di cafe sembari menulis, olahraga, dan sejumlah aktivitas menyenangkan lainnya–seperti yang disarankan orangtua saya. Rutinitas kuliah dan tugas semestinya direhatkan ketika akhir pekan tiba. Semestinya. Namun, tak ada yang saya harapkan ketika akhir minggu tiba kecuali tidur lebih cepat dan bangun lebih telat, minum kopi sambil mengobrol di teras, menikmati musik atau menonton drama Korea secara maraton.

Apakah tingkat pendidikan berbanding lurus dengan keinginan untuk tidak berhuru-hara? Padahal, dulunya, sedari SD hingga SMA, cara belajar selalu didominasi orangtua. Suruhan untuk belajar acapkali kita dengar meskipun Ibu sedang di dapur dan godaan untuk tidak belajar sangatlah besar. Kini, suruhan orangtua bukanlah untuk belajar, tetapi untuk bersenang-senang, liburan. “Santai aja.” Dua kata yang tiba-tiba membuat segalanya ringan meskipun kini tengah berhadapan dengan e-book dan halaman Microsoft Word. Oke, santai aja, malam masih panjang, pagi masih lama akan tiba.~

Amazing Quotes by Alice Munro

alice-munro

Here are 10 of only just a sampling of her amazing quotes and passages from her works:

1. The complexity of things — the things within things — just seems to be endless. I mean nothing is easy, nothing is simple.

2. The deep, personal material of the latter half of your life is your children. You can write about your parents when they’re gone, but your children are still going to be here, and you’re going to want them to come and visit you in the nursing home.

3. I want the reader to feel something is astonishing. Not the ‘what happens,’ but the way everything happens. These long short story fictions do that best, for me.

4. Naturally my stories are about women — I’m a woman. I don’t know what the term is for men who write mostly about men. I’m not always sure what is meant by “feminist.” In the beginning I used to say, well, of course I’m a feminist. But if it means that I follow a kind of feminist theory, or know anything about it, then I’m not. I think I’m a feminist as far as thinking that the experience of women is important. That is really the basis of feminism.

5. I have never kept diaries. I just remember a lot and am more self-centered than most people.

6. It’s certainly true that when I was young, writing seemed to me so important that I would have sacrificed almost anything to it … Because I thought of the world in which I wrote — the world I created — as somehow much more enormously alive than the world I was actually living in.

7. People are curious. A few people are. They will be driven to find things out, even trivial things. They will put things together, knowing all along that they may be mistaken. You see them going around with notebooks, scraping the dirt off gravestones, reading microfilm, just in the hope of seeing this trickle in time, making a connection, rescuing one thing from the rubbish.

8. Moments of kindness and reconciliation are worth having, even if the parting has to come sooner or later.

9. Why is it a surprise to find that people other than ourselves are able to tell lies?

10. As soon as a man and woman of almost any age are alone together within four walls it is assumed that anything may happen. Spontaneous combustion, instant fornication, triumph of the senses. What possibilities men and women must see in each other to infer such dangers. Or, believing in the dangers, how often they must think about the possibilities.

Dating A Girl Who Study Psychology

home

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dating a girl who study psychology because she will be able to record all of your conversation. She used to write verbatim and remember all of your body languange because she used to observation your expression.

Dating a girl who study psychology because she understands the complexities of characters and personality. She studied personality psychology almost two semesters and studies it deeply if she is a college student of magister of psychology.

Dating a girl who study psychology because she used to care about you. She have studies personality approach, for example humanistic, behavioristic, psychoanalysis, and cognitive. She knows how to treat you very well and she will makes you comfort.

Dating a girl who study psychology because she can give you a motivation if you down and will makes you run to reach your purpose.

Dating a girl who study psychology because she have a goal setting in her life and she knows about her future and writes your name in her future.

Dating a girl who study psychology because she knows how to make a good rapport with your family and your friends. She have studied about rapport when she studied psychodiagnostics and expert about it because she always do that since she studied psychology in semester 1 till now.

Dating a girl who study psychology because you will never worry about your mental health. She will treat you by her self or she will refer you to her friends who psychologist too.

Dating a girl who study psychology because she knows about developmental stage. She will understands about your (and kids) physical, cognitive, and psychological development in your (and kids) life.

Dating a girl who study psychology because she understands about emotional rhythm. She will be able to make stable your emotion. She can direct your bad emotion to good emotion.

Dating a girl who study psychology because she will be able to analyze the problem quickly. If there is any problem about your relationship, she will try to solve the problem and focusing to the solution.

Finally, you should date a girl who study psychology because she will do all of it for free if you can make her falling in love with you. She will be in love with you if you can make her comfort and know that a psychologist needs others too who listen, care, and understand very well.

~Maghriza Novita Syahti