tak ada yang lebih menenangkan selain mengobrol dengan orangtua

Tak ada yang lebih menenangkan bagiku selain mengobrol dengan orangtua (juga Tuhan). Beliau selalu punya cara untuk mengubah arahmu; dari negatif menjadi positif. Mengobrol dengannya menjadikan semuanya terasa lebih ringan, lebih santai, lebih mudah, dan tentunya lebih membuat rindu semakin menggunung.

Sementara saya berhadap-hadapan dengan tugas dan laptop setiap hari, orangtua saya menanyai jadwal dan rencana libur saya. Seketika saya bingung karena tak merencanakan apa-apa ketika libur–bahkan libur akhir pekan, kecuali tidur agak lama. Mengobrol dengan orangtua malam ini membuat saya menyadari bahwa saya kadang lupa bahwa hidup semestinya seimbang. Sepertinya saya harus merencanakan untuk menonton film di bioskop, karaoke dengan teman-teman, jalan-jalan ke pantai, nongkrong di cafe sembari menulis, olahraga, dan sejumlah aktivitas menyenangkan lainnya–seperti yang disarankan orangtua saya. Rutinitas kuliah dan tugas semestinya direhatkan ketika akhir pekan tiba. Semestinya. Namun, tak ada yang saya harapkan ketika akhir minggu tiba kecuali tidur lebih cepat dan bangun lebih telat, minum kopi sambil mengobrol di teras, menikmati musik atau menonton drama Korea secara maraton.

Apakah tingkat pendidikan berbanding lurus dengan keinginan untuk tidak berhuru-hara? Padahal, dulunya, sedari SD hingga SMA, cara belajar selalu didominasi orangtua. Suruhan untuk belajar acapkali kita dengar meskipun Ibu sedang di dapur dan godaan untuk tidak belajar sangatlah besar. Kini, suruhan orangtua bukanlah untuk belajar, tetapi untuk bersenang-senang, liburan. “Santai aja.” Dua kata yang tiba-tiba membuat segalanya ringan meskipun kini tengah berhadapan dengan e-book dan halaman Microsoft Word. Oke, santai aja, malam masih panjang, pagi masih lama akan tiba.~

Tinggalkan komentar